Senin, 23 Juli 2012

Cerpen!

prolong :
Sebenernya ini bukan prolog siiih.. ini cuma peringatan.. soooo~ this is my sort sory.. bahasa kerennya cerpen, dulu waktu menginjak kelas 9 ececececeileeeeh.. spet disuruh buat cerpen, sebenernya gue sangat amat kurang berpengalaman didang nulis-nulis cerpen cerita novel yaa kindda that.. tapi yaaa ge post gpapalaaah.. keliatan se absurd-absurdnya gue buat cerita..
Ntah dapet inspirasi dari mana.. judulnya "Nela dan Diary-nya" ini di post lewat h oh semua wkwk, jadi rada aneh selo yaaaaa.. yasudddlah~ daripada banyak baweel.. soooo this is it!!










Well diary,
Hari ini tepat satu tahun kejadian buruk dan menyedihkan itu terjadi. Walaupun udah setahun tapi rasanya susah banget untuk ngelupain itu semua. Semua itu kesalahanku sungguh susah untukku memaafkan diri sendiri. Rasanya ingin ku ulang kembali waktu dan mengubah semuanya, tapi kini sudah terlambat. Yang lalu biarlah berlalu, masa lalu itu akan menjadi jalan untuk aku agar tidak mengulangnya kembali.
-Nela-

Nela, seorang gadis yang memang terbiasa menulis dalam sebuah buku. Sudah genap empat buku diary bergoreskan kisah hidupnya. Kali ini menjadi giliran sebuah buku putih polos yang didapatkannya dari seorang mantan kekasih, Rama. Seperti yang ditulis oleh Nela malam ini, kejadian setahun lalu. Kejadian itu diawali oleh sebuah kisah manis.

"Nel, entar malem lo ada acara gak?" Tanya Tania, sahabat terdekat Nela.
"Kayaknya enggak, habis dari kampus nanti gua ada manggung di cafe biasa. Sampe sekitar jam lima, jadi malem kemungkinan kosong" jawab Nela dengan bibirnya tersenyum "emang kenapa?" Nela mengubah senyum manisnya menjadi
senyum penasaran.
"Enggak nanya doang, habis biasanya kan lo sibuk mulu. Ampe kasian gua ama lu ahahaha" sindir Tania.
"Tapi gua nikmatin itu, its great. Kapan lagi bisa gitu, kita masih muda ini ahahaha" jawab Nela meyakinkan.
"Eh, liat tuh kak Rama ngeliatin lo"
"Apaan sih emang gua elu, kepede-an"
Sejenak mereka berbicara, Rama menghampiri mereka.
"Apa kata gua dia ngeliatin lo, buktinya dia ngedeketin kita sekarang" bisik Tania.
"Nel, nanti malem kamu ada acara gak?" Tanya Rama.
"Enggak kak dia gk ada acara, tadi ak udah nanya kok" selak Tania lalu mengedipkan sebelah matanya seperti memberikan sebuah kode pada Rama.
"Apaan sih lo tan, hiih" jawab Nela kesal "iya gak ada acara kak, kenapa?" Lanjutnya.
"Iyaudah bagus deh, nanti malem aku jemput kamu yah"
"Mau ngapain kak?"
"Yaaa ada sesuatu, please" wajah Rama berharap.
"Iya deh kak" jawabnya pasrah.
"Yaudah aku masuk dulu yah, kelasku udah mau mulai"
"Iya kak hehe" jawab Nela malu-malu.
Rama mulai menjauh dari hadapan Nela dan Tania.
   Rama adalah kakak kelas yang memang sudah lama dilirik oleh Nela. Kali ini dirinya diajak jalan oleh Rama, jantung Nela berdebar-debar kerena baru kali ini dia diajak jalan oleh Rama.
   Sang surya mulai malu-malu dan mulai digantikan oleh sang dewi malam. Nela yang tampak sedikit nervous sedang menanti kedatangan Rama. Belum begitu lama Nela menanti, hpnya berdering. Pesan singkat dari Rama, bahwa dia telah tiba didepan rumah Nela.
   Ternyata Rama membawanya kesebuah cafe yang indah. Tidak begitu banyak pengunjung malam itu. Rama telah memesan tempat untuk mereka berdua. Tempat romantis, pemandangannya begitu indah dengan bertaburan bintang dilangit. Tidak lama setelah mereka duduk dan memesan makanan.

"Nel" Rama memecah keheningan saat itu.
"Iya kak, kenapa?"
"Emmmm, tempatnya bagus ya hehe" Rama menjawab dengan wajah malu-malu.
"Iya kak, bagus banget" Nela tersenyum "oh iya, kenapa tiba-tiba ngajak aku ketempat ini kak?"
"Gini aku mau~" belum selesai Rama menjawab.
Seorang pelayan datang, membawakan pesanan mereka berdua. "Fish and chips?" Lalu meletakkan satu demi satu makanan ke hadapan mereka. "Silahkan" kata pelayan itu lalu pergi menjauh.
"Oh iya kak, tadi gimana?"
"Oh iya, enggak kok. Udah kamu makan aja nel, kalo dingin gak enak" Rama tampak gugup, perasaannya campur aduk. Disaat dia mulai berani untuk mengatakannya ada saja sebuah halangan yang membuat nyalinya kembali ciut.
   Setelah mereka selesai menghabiskan makanan masing-masing, mereka kembali ke mobil dan Rama mengantarkan Nela pulang. Nela masih belum mengerti apa tujuan sebenarnya Rama mengajak dirinya.
Sebelum Nela turun dari mobil.

"Nel, sebenernya yang tadi mau aku omongin pas kita masih di cafe itu" ujar Rama dengan tampang gugup, berharap dan serius "aku suka sama kamu nel, sebenernya tania juga udah bilang ke aku tentang semua. Tentang perasaan kamu ke aku"
"Tania ngasih tau ke kakak?" Wajah Nela merah padam.
"Iya, kamu gak usah bilang ke dia kalau aku bilang ke kamu. Tapi itu yang ngebuat aku jadi yakin dan berani ngomong gini nel. Would you?"
"What?" Wajah Nela bingung 100%.
"Be my girl?"
"Of course I want, tapi apa kakak udah bener yakin?"
"Yakin seyakin-yakinnya, kita gak bisa dibilang gak deket nel. Kita udah deket banget, please" ujar Rama memelas.
"Iya kak"

Dear diary,
Masih inget sama kak Rama kan, my charming prince. Tadi aku diajak jalan sama dia, huaaa gak nyangka bisa jalan sama dia. Itu udah buat aku seneng banget, diajak dinner ditempat yang romantiiiiiis banget. Yang ngebuat aku lebih seneng lagi, tadi dia bilang kalo ternyata dia suka aku juga. Waaah senangnya, hari ini adalah hari jadiku dan kak Rama. ♡ Rama
-Nela-

Semenjak malam itu Rama dan Nela menjadi sepasang kekasih, diary Nela pun selalu bergoreskan tentang kisahnya dan Rama. Mereka yang bisa dibilang 'serasi', mereka jarang bertengkar. Akan tetapi dalam menjalani sebuah hubungan pasti nano-nano, ada manis, asem, pahitnya. Bahkan ketika anniversary bulanan pun Rama selalu memberikan kejutan-kejutan yang berbeda. Kejutan terindah dan tak terduga selalu saat anniversary tahunan mereka.
   Anniversary tahun pertama mereka, Nela diberikan sebuah boneka teddy bear yang sangat besar.

"Hai ndut, hehehehe" ejek Rama.
"Apaan hih, emang kamu kurus apa?"
"Enggak sih wooo. Tapi ada yang lebih ndut lagi loooh" Rama mengambil sebuah boneka, dan diberikan kepada Nela.
"Sayang, besar banget bonekanya" ujar Nela dengan wajah yang sangat senang.
"Iya kan lucu, bisa jadi temen bobo kamu hehehe. Lagi pula teddy-nya lucu kayak kamu hehehe" Rama membalas dengan mimik wajah usil.
"Gombal kamu, habis ngejek bisa aja yaa"

Dear diary,
Seperti yang kamu tau hari ini adalah hari anniversary aku dan Rama. Senangnya bisa langgeng sampe setahun. Baru setahun sih tapi selama setahun ini aku merasakan indahnya dicintai dan mencintai. Waktu bulanan dulu dia sering ngasih kejutan, entah bunga, lagu ataupun surat. Kali ini dia memberiku boneka teddy bear yang gedeee banget. Aku pernah naksir boneka itu, gak nyangka ternyata kesampean. He's the best I got ever. Oh god, thanks for all. Terima kasih ya allah mengirimkan seseorang yang bisa dipercaya, yang peduli, pokoknya baik.
-nela-

   Menjalani tahun kedua mereka, mereka mulai diuji dengan beberapa kesalah pahaman. Dimulai dari hal kecil, entah terlambat atau tidak sempat punya waktu. Sampai hal-hal besar.

Dear diary,
Sekarang ini aku dan Rama udah kayak kucing sama tikus! Kerjaannya berantem terus! Aku kesel sama sifatnya yang gak pernah ngertiin aku lagi. Kayak tadi, dia lupa kalo dia sendiri bilang mau jemput aku setelah aku manggung. Tapi kenyataannya dia gak bisa dateng karena katanya ada tugas lah, apa lah. Oke dia ngerjain skripsinya tapi masa iya sampe lupa, yaa kalo gak bisa mending gak usah bilang mau jemput. Kapan kita bisa kayak dulu?
God please help me, give me clues for this. Amiin
-Nela-

Doa dan keinginan Nela tercapai. Suatu hari Rama mengajak Nela kesebuah taman. Taman yang indah, beralaskan rumput hijau tosca dengan sentuhan putih bunga. Ditengah taman itu ada sepotong kayu kecil yang bertopang pada batang pohon.

"Nel, liat ayunan disana?" Ujar Rama menunjuk kesepotong kayu itu.
"Iya, ayunannya lucu yaa ditengah taman yang indah gini" Nela menatap Rama. "kenapa di taman yang seindah ini, gak ada seorangpun?"
"Karena taman ini enggak semua orang tau, ayunan disana aku yang ngebuat dulu bareng sama teman masa kecilku" wajah Rama dengan senyuman lembut dan hangat, menunjukan akan rasa rindu masa kecilnya.
"Hei" Nela menyentuh bahu Rama, lalu berlari menjauh "ngapain diem aja disana? Kejar aku kalau bisa" Nela tersenyum jahil lalu menjulurkan lidahnya.
"Iseng!!" Rama mengejar Nela. Mendekatinya dan menangkapnya, Rama memeluk Nela. dari belakang. "Gotcha, kena kan kamu!! Makanya kalo endut terus gak bisa lari jangan nantangin"
"Biarin aja, dari pada kamu nangis disana ahahaha. Mau dorong aku di ayunan situ gak?" Nela melepas pelukan Rama dan duduk disepotong kayu itu.
"Hih berat!!"
"Biarin aja"
"Oh iya, maafin aku yah akhir-akhir ini aku jarang merhatiin kamu. Aku sibuk sama kuliahku"
"Iya, aku gak keberatan sama itu. Cuman kamu tau kan aku orangnya emang gitu, maaf yah terlalu emosian" mereka saling menyalahkan diri masing-masing "udah dorong lagi!! Lanjuuut!! Hahahaha"
Kini hari sudah senja, Rama yang kembali mengingat masa lalunya menjadi lupa akan waktu. Mereka yang tertawa bahagia seperti tak ada beban dalam benaknya.

Dear diary,
Kebiasaan ku dan Rama yang sempat berubah menjadi selalu berantem, kali ini enggak. Dia nunjukin kalo selama ini dia ngelakuin sebuah kesalahan bukan karna dia sengaja, tapi emang dia enggak bisa. Ketika tadi saat dia membawaku kesebuah taman yang begitu indah, aku sadar bahwa aku memang keterlaluan. Aku meminta pengertian darinya, padahal aku sendiripun belum memberikan pengertian ke dia. Tapi dia selalu sabar. Oh iya soal taman, ternyata itu taman masa kecilnya dia. Ada ayunan yang dibuat dia sama temen-temennya dulu. Cukup tua, tapi masih bisa menopang berat tubuhku yang karung beras ini hehehe.
Oh god you always give me the reason 'why' and you always give me the clue. Terimakasih yaallah.

   Hari demi hari berlalu, Rama yang saat ini sudah selesai dengan kuliahnya menjadi lebih sibuk dari sebelumnya. Waktu yang biasanya hanya untuk Nela, kali ini sirna oleh pekerjaannya. Nela yang mulai ingin meledakkan amarahnya masih tertahan oleh kepedulian Nela akan penyusuaian yang juga harus dilakukan Rama.
   Seiring berjalannya waktu, Rama dan Nela menjadi semakin jauh. Mereka sudah jarang berkomunikasi apalagi untuk bertemu. Nela yang sudah mulai gerah dengan itu semua akhirnya membuka sebuah pembicaraan.
'Aku tau kita udah lama gak ngontak apalagi ketemuan ram. Aku bener-bener kangen kamu, kangen masa-masa kita dulu. Aku tau kamu sibuk, aku cuma minta please inget aku' pesan singkat ini dikirimkan Nela.
   Harapan Nela agar Rama bisa memiliki waktu untuknya kini pupus sudah. Ketika Nela sedang jalan-jalan berniat untuk membersihkan pikirannya, dilihatnya Rama. Rama baru keluar dari sebuah toko dan yang membuatnya kecewa adalah Rama bukan berjalan sendiri. Sosok seorang perempuan cantik tinggi berambut hitam yang panjang sedang menemani Rama hari itu, Tania. Nela berada disana tapi raganya seperti tak ditempat, dirinya lemah melihatnya.
   Nela mengambil sebuah keputusan tegas lalu meminta Rama untuk menemuinya. Nela sudah berniat untuk mencurahkan semua yang dia rasakan dan dia lihat saat itu. Sebuah pesan yang dikirimkan pada Rama untuk memintanya bertemu Nela besok setelah dia manggung di cafe-nya.
  Saat di cafe.
"Kemaren kamu jalan sama siapa?" Tanya Nela dengan mimik berusaha sabar.
"Sama Tania kan" jawab Rama dengan tampang tak bersalah "emang kenapa nel?"
"Kamu ngapain aja?" Nela mulai tidak bisa menahan emosinya.
"Sabar sayang, aku gak ngapa-ngapain sama dia" Rama meyakinkan.
"Oh, terus yang ke toko boneka? Ke cafe tempat kita dulu?" Nela marah, tidak seperti biasanya "kamu ke toko perhiasan"
"Aku enggak ada apa-apa nel!" Rama mulai terpancing emosinya.
"Tapi Tania, hey Tania temen deket aku sejak aku SMA"
"Iya aku tau, aku enggak ada apa-apa sama dia. Kamu gak ngerti" Rama berusaha mengalah dan menjelaskan semuanya.
"Udah, gak usah alesan lagi. Aku gak suka kita gini, aku sering ngeliat kamu sama dia akhir-akhir ini" ujar Nela dengan keras kepalanya "capek aku, mungkin ini akhir dari semuanya ram!!" Nela mengambil tasnya lalu berlari menjauh.
"Nela dengerin aku!" Rama berteriak sambil mengejarnya.
Namun Nela sudah lebih dulu naik taksi dan meninggalkan Rama sendiri. Semua orang disekitar situ melihat kearah Rama karena teriakan Rama yang masih bisa menembus bisingnya keramaian.

Dear diary,
Hari ini puncaknya aku bertengkar dengan Rama, bahkan aku minta mengakhiri semuanya. Gaimana gak sakit hati, Rama jadi lebih sering jalan dengan Tania. Kali ini mereka pergi ke toko emas, apa yang mereka lakukan coba? Aku kesel! Semenjak aku mergokin dia, dia jadi berubah. Aku udah gak kuat ngejalanin ini semua. Kenapa dia harus kayak gini, disaat besok anniversary kita yang ketiga tahun. Well its over, buat apa ditangisin. Ini gak guna, ya terima ajalah kalo dia emang bukan buat aku. Ya allah kalau dia memang bukan jodohku kenapa engkau mempertemukan kita? Sungguh susah bagiku untuk melupakannya.
-Nela-

Sesaat handphone Nela berdering, sudah berpuluh-puluh sms dari Rama tidak dia balas. Semua telpon masukpun dianggep angin lalu baginya. Sampai sebuah pesan singkat yang membuatnya tersentak, dari Tania.
'Hey nel, gua udah diceritain sama kak Rama, lo salah jelous sama gue. Inget kita temenan dari SMA, ini rahasia tapi gua ngasih tau lo biar lo gk gini. Kak Rama ngajak gua jalan, semua itu karena dia minta pendapat gua untuk ngasih hadiah di anniv lo besok. Please percaya, liat di lemari lo deh'
   Akhirnya Nela mencoba mengerti dan melihat kedalam lemarinya. Benar, didapatkannya sebuah gaun indah berwarna biru langit. Warna kesukaan Nela, dengan hamparan manik-manik namun tetap tidak membuat gaun itu begitu mencolok. Sederhana namun indah, yang tahu akan selera Nela, tentu saja Tania. Nela tersentak, dia telah salah menilai semuanya.
'Iya Tan, lo bener gua udah liat semuanya. Thanks, lo boleh blg ke dia gua udh gpp. Tp gua baru mau ketemu atau komunikasi besok aja, bilang jg gua kesana sendiri. Dia gk perlu jemput'
Pesan itu dikirimkan Nela kepada Tania.
   Keesokan harinya Nela dan Rama akan bertemu di cafe dimana tempat itu persis seperti saat pertama kali mereka berkencan. Lebih tepatnya saat Rama ingin menyatakan perasaannya waktu itu. Nela tampak tiba lebih dahulu dibanding Rama.
   Dilain tempat, Rama yang sedang mempersiapkan dirinya seolah tak sabar. Karena mungkin hari ini dia akan melamar Nela. Rama yang beberapa hari terakhir bersama Tania, ternyata karena Tania tau kesukaan Nela dan postur mereka sangat mirip.
   Pukul 19.30, Rama masih belum beranjak dari rumahnya. Rama masih sibuk mencari dimana dia meletakkan cincin yang akan diberikannya pada Nela. Sampai akhirnya sudah empat puluh lima menit berlalu akhirnya Rama memutuskan untuk tidak mencari cincin itu lagi. Sungguh teledor, ternyata cincin itu telah ada di mobil. Dengan kecepatan maksimum Rama membawa mobil sporty-nya.
   Nela yang masih menunggu sudah mulai bosan. Dia memutuskan untuk pergi dari cafe tersebut. Nela berlari menuju sebuah taman yang berada tepat didepan cafe itu.

"Bodoh, ngapain sih gua masih nungguin dia" Nela memaki kepada dirinya sendiri "tapi dia gak pernah selama ini terlambat" Nela menutup mukanya dengan telapak tangan.
   Pada sebuah kayu coklat bermotif serta berkaki besi Nela beristirahat sejenak. Suara gemericik air yang turun menguasai suasana dimalam itu. Tiba-tiba tampak sebuah kotak didepan Nela, yang digenggam oleh seseorang.

"Rama aku tau kamu dateng, tapi kenapa lama banget" Nela berkata, lalu menoleh. Dia mendapatkan sesosok wanita, Tania. "Tan, Rama mana? Ini apa?"
"Nel, hp lo mana? Lo gak bisa dihubungin dari tadi" wajah Tania manis seolah sedang menutupi sesuatu.
"Lowbat tan, Rama mana?" Nela memasang tampang berharap "dia mana?"
"Rumah sakit" Tania menjawab dengan bibir bergemetar.
"Dia kenapa? Lo bercanda kan, gak lucu ah" wajahnya tak percaya.
"Serius, yaudah sekarang ikut gua"

Nela dan Tania menuju rumah sakit tempat Rama dirawat. Nela berlari menuju ruang tempat Rama ditangani oleh dokter setempat. Sosok Rama yang terkapar dan terlihat lemas tak berdaya beralaskan sebuah kasur pasien. Warnanya hijau kebiruan yang sekarang berubah warna karena darah.

"Rama maafin aku, ya allah sembuhkanlah dia ya allah" Nela terpaku didepan sebuah kaca "tan, dia kenapa?" Nela menoleh.
"Tadi dia nyari kotak yang lo pegang itu makanya telat, pas ketemu dia langsung buru-buru mau nemuin lo. Dia tau kalo dia telat, jadi dia cepet-cepet nyusul lo" Tania tidak membuka kembali bibir mungilnya.
"Kenapa tan, dia kenapa?"
"Enggak ada yang tau pasti, tapi mobilnya nabrak nel"

Seketika seorang dokter keluar dari dalam ruang tersebut.

"Dok Rama gimana? Dia gak papa kan?" Nela berharap.
"Apa ada yang bernama Nela?"
"Saya dok, kenapa?"
"Rama ingin bertemu anda" kata dokter dengan tampang pasrah dan sedih.

Nela berlari dan mendekati sosok Rama.

"Nel...la" ujar Rama terbata-bata.
"Iya kenapa sayang?" Mata nela yang memerah dengan berlapiskan cairan bening yang siap menetes.
"Ma..maafin aku yaa"
"Iyaiya aku maafin kamu, aku gak marah kok. Aku tau selama ini kamu sibuk, aku yang harusnya minta maaf karna aku gak bisa ngertiin kamu" Nela menyalahkan dirinya. Nela tak tega melihat alat bantu pernafasan yang menutupi sebagian wajah tampan Rama.
"Cincin kamu mungkin masih dimobil" Rama yang menoleh tidak menemukan kotak cincin yang ia maksud.
"Maksud kamu ini kan, iya aku udah dapet" Nela tak dapat menahan tetes demi tetes air yang berontak ingin keluar dari matanya.
  Rama mengambil lalu membuka kotak itu "mau kah kamu menikah dengan ku?" Masih sempat Rama berkata demikian dengan alat-alat disekujur tubuhnya.
"Iya aku mau, pasti Rama" Rama menggenggam tangan Nela dan meletakkan sebuah cincin cantik pada jari manis Nela. Nela yang begitu senang langsung memeluk tubuh sang kekasih yang sedang terbaring lemah. "Kamu emang lucu ya, selalu ngasih kejutan yang gak pernah kuduga. Tapi kenapa cuma untuk ngasih cincin ini rasanya susah sampai kamu begini. Aku emang salah, belom mau bilang maaf atau aku memaafkanmu malam itu karena aku ingin kita terbuka malam ini. Tapi ternyata aku gak tau bakalan kayak gini" omangan panjang lebar Nela tidak ditanggapi apapun oleh Rama. "Ram, ram, Rama hey. Kamu kenapa? Ram?" Nela menggerakkan tubuh Rama yang saat ini kaku. "Ramaaa" Nela kembali memeluk tubuh Rama dengan sangat erat. Karena dia tahu mungkin saat itulah terakhir kalinya Nela bisa memeluk Rama.
   Sekarang Rama telah tiada. Nela yang sangat terpukul dengan kejadian itu sampai dia tidak mau mengikuti sampai tempat peristirahatan terakhir sang kekasih.
   Seperti yang dicurhatkannya pada diary, inilah kejadian buruk yang selalu terbayang oleh Nela. Dia sadar bahwa penyesalan selalu datang terlambat. Andai dia langsung mempercayai Rama, mungkin tidak akan berakhir seperti ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar